
Penggagas Komunitas Inisiatif Telaah Arsitek (KITA) Semarang, Kriswandhono mengatakan, berdasarkan pengamatan sekilas, tambal sulam tembok dilakukan dengan semen. Menurut dia, penggunaan semen akan mengganggu struktur Lawang Sewu.
“Zaman dulu kan nggak ada semen. Kalau renovasi ini menggunakan semen, sisi dalam tembok akan kedap udara dan bisa mengganggu struktur tembok. (Tembok) Jadi tidak kuat, tapi malah rusak,” jelasnya usai melihat-lihat Lawang Sewu.
Kris menguraikan, berdasarkan konvensi internasional, renovasi bangunan tua harus mempertimbangkan desain, material, work manship (keahlian pekerja) dan setting. Jika ada salah satu unsur yang tidak sesuai, maka bangunan tua itu terancam keberadaannya.
Sonny menambahkan, dalam waktu dekat, dia dan sejumlah orang yang konsen pada bangunan bersejarah akan mengadakan pameran di Semarang. “Mungkin Maret ini. Tapi kami belum tentukan dimana dan kapan pelaksanaannya,” katanya. (try/djo, - detik)
0 komentar:
Posting Komentar